Senin, 27 Oktober 2014

Penawar Rasa



Begitu beraninya kau bercuripandang denganku...
Dan mataku menangkap tatapan genitmu, siapa kamu???
Beraninya kau seperti itu?
Bukankah kau selalu menjaga pandanganmu dari setiap azab mata yang menyejukan?
Bukankah kau takut jika menatap lama-lama, akan timbul bayangan erat dalam pikirmu?
Mengapa kau sekarang seperti ini?
Bahkan kau berani mengulum senyum dengan tatapan yang tak biasa kuterima?
Ohhh, apa Cinta sudah merasukimu?
Atau  nafsu sudah membelenggumu?
Atau rasa tertarik diriku jauh lebih besar daripada manisnya dosa yang selama ini kautakutkan?
Aku percaya, kau tak sebodoh itu?
Kau juaranya, menjaga diri dari segala perkara buruk, sebelum mereka mendekatimu, kau sudah membatasinya?
Aku percaya kau selalu takut pada Allah Yang Maha melihat, Yang Mengetahui setiap hal kecil yang hambanya pikirkan....
Aku seperti tak mengenalmu lagi, bukan dirimu lagi yang kulihat.
hatiku bahkan bertanya? 
kau ingin apa dengan seperti itu?


Beberapa pertemuan kita yang tak setiap hari namun membentuk arti hadirmu dalam pikiranku, aku seakan memahamimu, entah apa yang menguatkannya, namun aku seolah dapat membaca pikirmu terutama ketika kau sedang menatapku.
Entahlah, pertama kau terlihat sinis padaku. Kita bertemu saling menatap namun tak ada senyum sedikitpun. Walaupun aku selalu tersenyum (bukan hanya padamu)
Namun tak ada balasan yang baik darimu? Hah? Mungkin kau sedang berpikir aku sedang menggodamu?
Awas saja bila kau berani berpikir aku seperti itu????
Sekarang siapa yang penggoda????
Kau bahkan tak membiarkan perhatianku tertahan dengan yang lain
Ada saja yang bisa kau lakukan untuk membuatku memperhatikanmu...
Ahggg...kau begitu berani merasuki mataku, bahkan kau dengan jelas merekam erat-erat senyumku...
Seberaninya kah kau begitu????
Aku mengenalmu, dengan tertunduk malu kau tersenyum. Tak kau beranikan diri menatapku walau aku berada tepat didepanmu. Bahkan kau selalu membuang pandangan ketika mata kita saling bertemu...
Dan sekarang apa yang kau lakukan...kau tak melewatkan memberikan tatapan tajam padaku
Kau mungkin berpikir dengan begitu kau dapat menghujam jantungku...
Kau ingin tunjukan melalui matamu seolah kau bicara tentang apa yang ada dihatimu
Ohhh, aku tak sanggup menerka ini sendirian...
bahwa ini benar adanya?



Aku tak berani mengartikan semua ini
Andai kubenar? Apa yang harus kulakukan?
Lagi-lagi aku tak beranibermain hati, karena hati bukan untuk dipermainkan?
Akupun tak beran menjamin “Rasamu”
Dengan apa yang sedang kurasakan
Andaikan semuanya benar,
Semoga kau tetap seperti yang dulu yang pernah terlihat indah dimataku
Hingga aku tetap mengagumimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

  BENCI Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunj...