Kamis, 13 November 2014

Sifat jelek gue..!!!



Hi Blogy.....
Gue lagi mau cerita nih, wadoohhh...rasanya ada sebuah rasa terberat didalam hati gue. Marah, sedih,  kesal,pokoknya campur aduk deh....
Gini ya blogy, sebenarnya pada dasarnya gue sangat sayang banget sama anak-anak. terutama anak-anak kecil, entah itu keponakan gue, atau anak tetangga, bahkan sampai anak-anak kecil ditengah jalan yang sering gue temui, selalu gue godain. Hanya untuk sekedar nanya, namanya siapa? Udah sekolah belum? Sampai ngeledekin kalau-kalau ada giginya yang bolong?

Nah ada cerita nih, waktu acara care free day di bunderan HI, ada anak kecil lagi sama bapaknya, nah karena kita mau nyebrang bareng. Akhirnya gue godain deh tuh anak kecil, sampai-sampai kita jalan bareng. Namun yang anehnya sama bapaknya, koq jadi modus ya, akhirnya secara pelan-pelan gue kabur aja sama si nur, tapi ketemu lagi pas di air mancur, dan ternyata si bapak sepertinya lagi nyari mama baru untuk anaknya. Oh My God...!!! Gubrakkkk...!

Kenapa gue sayang banget sama anak kecil, karena dari gue kecil,  gue besar empat bersaudara, sebenarnya lima bersaudara. Kak Eva, gue, Lulu, Ella dan Edwan (Ucok) Adik gue yang dibawah gue, namanya Eni wahyuni, panggilannya Lulu. Dia punya penyakit jantung, bahkan di usianya 7 tahun dia belum bisa jalan.

Waktu itu, bokap masih berlayar. kita semua sayang banget sama lulu, namun kita tidak bisa berbuat apa-apa, selain Cuma memberikan obat-obatan dari dokter. Dari kecil gue ingin banget menjadi orang kaya, mungkin kalau kami berduit, kami bisa membawa Lulu, ke luar negeri untuk berobat. Hingga akhirnya adik gue Meninggal. Lulu bagai malaikat kecil dirumah kami.

Yang paling terpukul saat itu adalah kakak gue, sampai dia enggak mau pulang dari kuburan walaupun hari sudah malam. Karena walaupun gue yang sering ngurusin Lulu, sehabis pulang sekolah, bacain cerita, becanda, suapin makan, bahkan ngobrolin artis-artis kesukaan kita (usia kita hanya berjarak 5 tahun). Sedangkan kakak gue yang selalu  bekerja apa saja untuk membantu pengobatan  lulu (walaupun saat itu dia masih sekolah), mungkin dia pikir dia pengganti bokap dirumah ini.Ya, gue juga sangat tahu bokap dan nyokap sangat sedih, dengan kepergian Lulu. Namun mereka semua sudah berusaha yang terbaik.
  
Saat itu gue enggak bisa bicara dengan orang lain bahkan untuk sekedar ngobrol dengan siapapun. Gue hanya bisa coret-coret buku tulis sekolah gue. gue sedih, gue sayang sama adik gue, gue ingin adik gue sembuh, gue ingin melihat adik gue sampai gede, remaja bahkan dewasa. Tapi semua sudah menjadi kehendak Allah. Beruntung gue punya nenek yang selalu ada di samping gue, yang selalu memberi nasehat tentang agama sejak kecil.

Hingga akhirnya Ella lahir, bagi orang batak atau bagi sebagian pikiran kuno saudara-saudara dari nyokap gue. Orang batak harus punya anak cowok. Anak  nyokap gue semuanya cewek, hingga ella lahir, enggak ada satupun saudara nyokap yang mau datang kerumah. Saat itu (Saat gue masih kecil) gue enggak peduli, Cuma gue cukup sadar mana saudara yang bisa dianggap saudara sebenarnya, mungkin ada kebencian dihati gue sama saudara nyokap yang seperti itu. bahkan sampai sekarang yang enggak pernah mau ke Medan adalah gue. hehhee 
Ella lahir, gue juga masih kecil  Nyokap dagang sedangkan bokap masih berlayar yang pulang hanya beberapa bulan saja dan hanya beberapa minggu dirumah. Waktu kecil yang gue ingin bokap selalu berada dirumah (Ya, namanya juga pikiran anak kecil) tapi kalau enggak kerja nanti tidak punya penghasilan. Ya, dari kecil gue selalu berpikir, nanti kalau sudah besar kelak gue enggak mau punya suami yang profesinya pelaut, nanti anaknya bisa kayak gue, hehhehe. 
Ya, walaupun setiap bokap pulang dari berlayar, gue selalu mendapatkan barang-barang bagus dan mahal. Jam G-shock buatan singapore, model terbaru. Bahkan banyak makanan-minuman yang bisa dikasih ke tetangga-tetangga namun semua itu gue enggak perlu. Dari kecil gue enggak pernah silau sama yang mahal-mahal. Walaupun gue suka tapi gue enggak pernah ingin semuanya menggantikan rasa bersama, kasih sayang yang bisa di habiskan bareng-bareng. Setiap nonton film keluarga cemara, rasa iri gue jauh lebih besar. Walaupun hanya berjualan opak, tapi mereka bahagia.

Walaupun kami bahagia, tapi ada waktu yang tidak bisa dibayar melalui  barang-barang bagus dan mewah.  Terkesan egois namun itulah gue saat kecil. Namun seiring berjalannya waktu gue mulai mengerti semua harus dijalani, tidak bisa memaksakan kemauan sendiri yang kita inginkan. Semua harus saling mengerti dan memahami dengan begitu kita bisa bahagia dan membahagiakan orang lain.

Sejak Ella lahir dan besar sama gue. Setiap malam gue nyanyiin lagu bahasa inggris (Malah sekarang pinteran dia bahasa inggrisnya, hehe) dongengin, bahkan setiap pulang sekolah saat jaga warung, gue masih harus ngejarin ella ngomong. Hingga gue kelas enam sd, kapal bokap tenggelam saat itu gue mau Ujian nasional, tak henti-hentinya kami sekeluarga berdoa untuk keselamatan bokap. Alhamdulillah bokap selamat tapi bokap sempat ditangkap polisi, karena kapten kapalnya kabur sedangkan bokap asisten Kapten yang harus bertanggung jawab. Setelah kaptennya ditangkap baru bokap dibebaskan. Walaupun begitu bokap masih tetap belayar.

Gue masuk Smp, kakak gue masuk Stm Penerbangan. Ya, kakak gue tinggal dirumah saudara yang dekat dengan sekolahnya. Walhasil gue menjadi anak pertama di dalam keluarga. Pulang sekolah gue masih harus bantuin nyokap dagang didepan rumah. Walaupun masa kecil gue penuh dengan perjuangan, yang harus dagang didepan rumah, berjualan muter-muter kampung sama kakak gue. bahkan gue harus jagain adik gue, dagang dan berprestasi disekolah.

Tapi kedua orang tua gue harus bangga, ketiga anak perempuannya, selalu mendapat juara kelas. Kakak gue dari Sd sampai smp selalu juara satu, Stm penerbangan masuk dengan beasiswa dan selama tiga tahun sekolah dapat beasiswa dan uang saku. Tapi kasihan waktu ada beasiswa untuk “Wanita Angkatan Udara” kakak gue enggak ikutan padahal dia dicalonkan karena dia memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Gue dan Ella selalu mendapat juara, dari sd dan smp. Bahkan dari sekolah ella kita mendapat sembako karena ella selalu juara. Sedangkan gue, Sma mulai badung, ya walaupun badung-badung standar, anak-anak remaja, gak ngerjain Pr, gak mau catat pelajaran, sampai bolos di jam pelajaran. Tapi gue gak berani tuh nyentuh obat-obatan apalagi merokok, dugem, atau pakai-pakaian seksi. Wadooohhh... bisa dipecat jadi anak gue!!!!

Gue bagai punya dua karakter di rumah gue pendiam sedangkan disekolah/diluaran gue pemberani, batosay. Siapa yang berani lawan gue walaupun terkadang gue sering dibully. Bahkan beberapa guru manggil gue thosay. Dan parahnya ada guru yang lupa sama nama asli gue. sampai nyokap marah-marah kalau kesekolah. “Loe, ganti nama?” Logat bataknya langsung keluar.
Gue enggak pernah menyesali masa kecil gue, walaupun gue bantuin nyokap sampai tetes darah penghabisan, memangnya gue bisa membalas jasa-jasanya, enggak kan?

Apalagi terkadang gue suka bohong, bilang ada pelajaran tambahan disekolah, supaya enggak bantuin nyokap dagang malah pergi main sama teman-teman ke dufan. Pas pulangnya malam, gak dimarahin. Cuma Nenek gue yang belum tidur karena nungguin gue pulang, katanya takut gue kenapa-napa. Mulai saat itu gue berjanji gue enggak akan pernah pulang malam-malam lagi, main-main enggak jelas, bohong hanya untuk kepentingan gue doang. Padahal jelas-jelas ada orang-orang yang sayang sama gue, yang lagi nunggu gue, yang sedang khawatir sama keadaan gue. gue tahu nyokap juga khawatir Cuma karena sudah capek jadi dia enggak bisa marah.  

Kemudian sewaktu gue kelas satu Sma, ucok lahir, senangnya punya adik cowok. Dan saudara dari nyokap gue mulai berdatangan kerumah. Dasarrrrrr...!!!!

Nyokap melahirkan ucok dengan penuh perjuangan, nyokap punya kista sejak masih muda. Dan ketika melahirkan ucok, nyokap harus dioperasi. Kistanya sudah sebesar bakul nasi langseng yang berbentuk kerucut. Dan nyokap membutuhkan 2 botol darah. Kata-kata dokter begini “Nanti apabila mamahnya suka marah-marah, dianggap wajar saja ya. Karena ini bercampur dengan darah orang lain” Sejak saat itu gue menyadari pentingnya donor darah.

Nyokap masih masa persalinan, bokap berlayar dan kakak gue bekerja. Gue masih kelas satu Sma, yang lagi demen-demennya Film ada apa dengan cinta. Namun gue harus ngurusin ella dan ngurusin ucok. Gimana nih??? Akhirnya ini awal mulanya gue begitu sayang sama anak-anak kecil. Kebayang enggak sih, gue masih kecil aja, harus ngurusin anak kecil.

Malah pernah ada kejadian di sekolah yang memalukan batosay. Jadi gue selalu terlambat datang kesekolah, malah gue di cap “Ratu telat” disangka anak-anak mah gue bangun kesiangan, padahal habis subuh gue udah bangun dan harus nyuci semua pakaian dan popok-popok ucok. Karena nyokap masih dalam penyembuhan pasca operasi. Dan gue nyuci pakai pemutih/Bayclin. Jadi kalau pemutih itu baunya nyengat banget. Jadi masih nempel ditangan gue.

Dan gue itu suka berantem sama anak-anak dikelas, nonjok-tendang mah udah biasa, kecuali gue, enggak pernah gue kena tendang dan tonjokan. Walaupun gue bukan anak karate atau taekwondo, tapi gue jago berantem.

Nah kebetulan ada yang gangguin gue, langsung aja gue tonjok, pas tangan gue dipegang dan teman gue nyium bau-bau enggak enak. “Koq tangan loe bau sabun cucian sih?” Tanya teman gue, yang tadi pengen gue tonjok.
“Apaan sih loe?” Jawab gue kesal dan langsung menarik tangan gue. Dan anak-anak yang mendengarnya mencoba nyium-nyium tangan gue deh.
“Ini mah bau pemutih pakaian?” kata anak-anak sambil ketawa
“Thosay, loe nyuci baju dulu sebelum sekolah.  Loe jadi pembantu dulu,ya?” Anak-anak pada ketawa semua hampir satu kelas. Wah malu-maluin nih, batosay dipembantai harusnya bau darah (darah nyamuk) malah bau bayclin!!!
“Enak aja, tadi kena ketumpahan gue waktu nyokap gue nyuci baju!!!” Ngeles kayak tukang bajaj
Tapi namanya juga tuh anak-anak dikelas mana ada yang percaya. Kalau dulu ada twitter, pasti gue langsung jadi Tranding topic. Batosay  bau bayclin jadi gosip terhangat selama seminggu.
****

Oke, sayang gue ke anak-anak kecil seperti sayangnya gue ke adik gue. namanya sayang, enggak mungkin dong kita ingin nyakitinnya. Gue punya keponakan cewek dan cowok. Dari dua saudara gue yang kita tumbuh besar bareng.

Gue, Wiwin dan Ca. Kita bertiga sewaktu kecil punya impian masing-masing. Wiwin, ingin menjadi pahlawan yang membela kebenaran, membela dunia. Ca yang sedari kecil ingin bertemu dengan pengeran tampan. Dan gue, kebayang dong kalau gue ingin menjadi apa? orang kaya sejak dari kecil.

Ya, orang kaya, katanya “Rajin pangkal Pandai” Pandai pangkal Kaya”  dan gue ingin jadi orang pintar yang kaya raya. Namun seiring berjalannya waktu, gue baca cerita sahabat Nabi, siapa ya? Gue lupa? Pokoknya, inti ceritanya gini: Tadinya mereka (sepasang suami-istri) hidupnya susah bahkan hanya mempunyai satu buah sarung untuk melaksanakan sholat. Habis suaminya gantian istrinya yang memakainya. Hingga doa mereka terkabul, Allah Swt memberikan binatang ternak yang bisa berkembang biak. Dan mereka menjadi orang kaya, tapi mereka lupa sholat bila sudah memasuki waktu sholat, mereka lupa untuk berzakat dan mereka lupa untuk beramal sholeh. Ya, sekali lagi Allah Maha Mengetahui kebutuhan untuk hamba-hambanya. Gue jadi takut jadi orang kaya. Tapi motivasi untuk menjadi orang sukses selalu ada.

Gue dan Wiwin sangatlah dekat hingga sewaktu gue jadi Cs,wiwin orang yang pertama tahu dan orang yang paling marah. Gue selalu curhat sama wiwin, bahkan disaat gue enggak bisa cerita dengan siapapun. Hingga akhirnya gue menyesal sendiri, gue selalu bercerita setiap keluh kesah gue, gue cerita ada cowok yang gue suka namun disisi lain ada cowok yang suka sama gue. gue selalu cerita tentang apa aja, sampai-samapai enggak ada satupun  rahasia gue sama wiwin, tapi setelah wiwin sakit sehabis melahirkan hafiz tiga bulan, wiwin di vonis kram otak. Kata dokter banyak masalah yang dipikirkannya dan hanya dipendam sendiri.

Saat itu gue merasa egois banget, gue selalu cerita apa saja namun wiwin gak pernah menceritakan tentang masalahnya. Kalaupun cerita hanya yang senang-senang aja, bila gue tanya katanya selalu “Tenang aja, masalah loe dulu aja di selesaikan. Kalau gue mah bisa gue atasin sendiri” Wiwin adalah teman, sahabat, saudara, yang baik buat gue. Hingga saat ini yang bisa gue lakukan adalah mendoakannya dan menyayangi Hafiz, keponakan gue.
****

Dua saudara gue yang tumbuh bareng, keduanya sudah punya anak. sayangnya gue sama keponakan sendiri, sama seperti sayangnya gue ke adik-adik gue. Tapi kemarin ada kejadian, Aqilla, anak dari saudara gue yang satunya lagi. Tangannya pegang catokan rambut sehabis dipakai Ella. Walhasil dua jarinya melenting. Dan yang lebih parahnya lagi keluarganya mendiamkan gue sama adik gue. Waduhhh...!!!

Porsinya siapa yang salah. Setiap pagi anaknya selalu main kekamar gue, waktu si ella dandan sebelum berangkat kerja, anaknya selalu ikutan dandan. Siapa yang salah, harusnya nyokapnya ikut jagain dia dong? harus bukan menyalahkan orang lain dong? anggap aja ini sebuah musibah dan harusnya sebagai orang tua lebih memperhatikan anaknya lagi, menjaga anaknya, bukannya dikasih ke orang dan tiba-tiba anaknya kenapa-kenapa dan menyalahkan?

Memangnya gue pembantunya? Memangnya gue baby sitternya? Memangnya gue butuh bayaran untuk menyayanginya? Gue sayang sama keponakan-keponakan gue dari dasar hati gue walaupun perlakuan nyokapnya yang selalu menghina gue sejak kecil.
*****

Waktu kecil, wiwinlah yang paling tahu siapa gue? gue punya teman banyak dan si Ca harus jajanin orang dulu biar dia dapat teman. Waktu gue main sepeda dan dia berantem sama orang lain (Kebetulan teman gue) dia ngarang cerita seolah dia paling bagus di mata nyokapnya, dan teman gue yang salah.

Gue bukan enggak mau bela saudara, tapi dari kecil gue belajar untuk ngomong tentang kebenaran. Wiwinlah yang paling tahu kasus ini. Gue lebih membela teman gue karena gue tahu teman gue enggak salah yang salah adalah saudara gue. Tapi di omelin habis sama mamanya bahkan sama mama gue sendiri. Katanya lagi “Bukannya membela saudara, ini malah membela orang lain. kalau susah siapa yang bantuin loe? Saudara juga kan?”

Paling enggak demen deh kalau gue ingat kejadian ini, tapi itu terus melekat di hati gue. siapa yang enggak mau bela saudara? Tapi saudara gue yang salah? Walaupun saudara gue salah apa tetap harus gue bela? Percuma gue belajar ppkn? Percuma gue belajar agama? Gue nangis tapi wiwin berkata yang logis.
Udahlah, lagian semua orang tahu yang salah siapa? Biar aja dia bohong? Yang penting loe enggak bohong? 
Rasanya saat itu gue males berteman sama orang yang tukang bohong.
Bukan itu aja, dia itu orangnya pengirian dari kecil. Apa yang bisa diiriin dari gue selain teman-teman gue. gue tahu dia punya teman sedikit karena dia tukang bohong. Masa waktu gue mau beli jaket levis setengah badan, tapi duit dicelengan gue belum cukup, pas sore harinya dia yang udah beli jaket itu.Padahal jelas-jelas dia tahu itu jaket yang mau gue beli. Karena apa karena dia punya duit lebih dulu. Oke... mungkin belum jodoh gue tuh jaket.

Kemudian waktu gue mau beli sepatu sendal Converse, padahal tinggal nunggu bokap pulang berlayar dulu, dia yang beli duluan, ini kedua kalinya barang yang gue inginkan selalu bisa dimilikin. Sampai waktu kuliah gue mau ambil jurusan Broadcasting tapi masih harus nunggu kumpulin duit gaji, dia yang kuliah ambil jurusan itu. Dan lagi-lagi ketika gue menerima hijau jadi pacar gue.

Dia kelabakan, masa dia bilang gini: “Masa si Evy, udah punya pacar dan gue belum. Ya udah dah gue terima aja cowok yang suka sama gue” Masa punya pacar aja enggak mau dikalahin.
Sekarang dia malah nyalahin gue, karena anaknya main di kamar gue dan tangannya terluka gara-gara kena panas catokan rambut si ella. Siapa dia???? memangnya dia udah bener ngurusin anaknya? Malah anaknya dititipin sama gue dan dia kunci pintu berdua sama suaminya. Dan anaknya lagi, suka enggak mau sama mamanya kalau udah sama gue.

Jujur ya Blogy, dalam hati sedikitpun gue punya rasa iri sama dia. selama dia kuliah broadcasting dengan cara ngambil tulisan gue, dia punya cowok yang akhirnya menikah sama dia karena rasa enggak mau dikalahin lantaran gue punya pacar.

Dia menikah, punya anak dan dapat kerjaan di kantor kakak suaminya dengan penghasilan yang lumayan, dan gue masih sibuk dengan tulisan yang belum dapat pengakuan, gue enggak pernah iri sama rezeki dia. itu kan sudah diatur.  

Dia masih aja suka menghina tulisan gue. “Mana tulisan loe?!!! Kayaknya enggak kelar-kelar” Mana cowok loe, enggak nikah-nikah? Apa loe bisa dapat duit dari tulisan loe? Mending loe kerja yang bener?
Bahkan dia pernah meremehkan kekuatan doa “Enggak ada yang bisa gue lakukan sekarang ini, selain nulis dan berdoa untuk semuanya menjadi lebih baik” dan loe mau tahu apa jawabnya “Yaudah kalau gitu, loe doa aja, berharap semoga duit datang sendirinya”

Gue tahu, duit enggak mudah datang dengan sendirinya tanpa dijemput, apa dia enggak pernah ngalamin “rezeki yang datang secara tiba-tiba” Bukankah rezeki bisa datang dari Allah dari pintu yang tidak disangka-sangka.

“Aqilla kalau sudah besar jangan jadi penulis kayak tantenya ya. Kere!” Busettttt....!!! jlebbb... Gue tahu loe iri, sama mimpi gue, karena loe enggak pernah punya mimpi. Loe takut jatuh dan bangun dalam mimpi loe sendiri. Siapa yang jauh lebih miskin? Loe miskin mimpi!!!

Selain mimpi gue, dia dan nyokap pernah bahkan sering menghina gue. ya, gue juga enggak melupakan kebaikan nyokapnya. Tapi mungkin mereka berpikir, di saat usia gue sekarang, gue belum punya pasangan lantaran gue enggak laku, enggak ada yang mau sama gue. Ya, memang gue Cuma si bebek doang yang datang kerumah gue dan itu juga enggak jadi.

Kalau anaknya banyak yang naksir dan semuanya orang kaya. Malah alasan nolak lamaran orang kaya, katanya lantaran rumah cowoknya besar banget, dan dia ketakutan. Takut apa? Memangnya dia tidak punya Tuhan? Katanya takut capek bersihin rumahnya? Katanya orang kaya, memang dia enggak bisa bayar pembantu?

Banyak cowok yang naksir anaknya dan anaknya tinggal milih dan nunjuk doang. Padahal gue tahu banget anaknya, nikah buru-buru karena takut kayak gue dikatakan perawan tua. Gue enggak peduli mau perawan tua atau perawan muda. Memang nikah gampang????? Memangnya nikah takut dianggap laku atau tidak, memang jodoh bisa diatur dengan sendirinya.

Yang lebih parahnya lagi setelah mereka tahu ada beberapa cowok berkualitas yang gue tolak karena beberapa hal, langsung deh dibilang, “Jelek aja belagu?!” kalau nyokap gue yang ngomong gue masih enggak terlalu sakit deh. Waktu mereka, enggak tahu ada yang suka sama gue atau enggak? mereka bilang enggak laku dan harus memperbaiki wajah gue? sekarang pas tahu ada beberapa cowok berkualitas yang gue cuekin, dibilang belagu, serba salah, kayak lagu raisa. Dia juga pernah baca buku diary gue, tanpa izin gue dan dibilang "Kasihan banget sih loe...!" Rasanya kalau enggak ingat hukum dan agama, pengen gue tonjok mulutnya.

Dan yang terakhir, akhir-akhir ini gue memang agak dekat dengan penjaga musolah, karena beberapa kali kami bertemu dan pinjam buku-buku agama. Dan si nur suka meledek gue.
Namun dia tahu juga, dan dia bilang “Ahh..! enggak salah penjaga musolah, merbot!!!”
kenapa memang? memangnya salah karena dia penjaga musolah. Lagian belum tentu juga dia mau sama gue, mungkin dia hanya tertarik doang, sedangkan cewek-cewek yang kesana juga ada beberapa yang mendekatinya, dan cantik-cantik.

Setiap orang punya tipe. Gue yakin dia juga punya tipe, setidaknya mungkin “Cewek berhijab” gue enggak pernah peduli apapun pekerjaan seseorang, yang penting dia bekerja halal.

Seperti kata-kata mas Anto yang paling gue ingat. Jadi dia ditanya sama temannya sewaktu ada gosip sama gue di Db “Enggak salah loe, To? Cleaning service, loe dekatin juga?” Ucap temannya sambil tertawa.
“Memang kenapa?” Jawab Mas Anto, waktu itu gue enggak sengaja mendengar percakapan mas anto dan temannya di pantry. Dan mas Anto enggak tahu ada gue disitu.
“Cs, gitu loh!” Temannya tertawa meledek
“Masalah buat loe! Dengar ya, kalau gue cinta, tukang sampah aja gue bakal nikahin” Jawabnya marah.
Waktu mendengarnya, gue senang banget, Mas Anto enggak pernah malu berteman sama gue, tapi sedihnya gue enggak bisa membalas perasaannya, waktu itu gue lagi suka kuning. Bodoh ya!
***

Blogy, sebenarnya gue enggak mau jelekin saudara sendiri tapi gue kesal banget sama nih orang. sekarang marah-marah besoknya kayak biasa lagi. Gampang banget ya! Walaupun hati mudah ber-re-generasi tapi kan ada bekas tertancap tajam, apa dia enggak tahu itu.

Untung gue ingat kata-kata si Awan, jadinya gue bisa jadikan nasehat deh dan dwi yang memang kenal banget sama nih orang, jangan mudah terpancing kayak dia, katanya. Sebel blogy...
Rasanya gue selalu mengingat-ngingat keburukan orang, apa gue jahat ya, sama kayak dia. padahal gue sebel banget sama sifatnya dan gue enggak mau kayak dia. Tapi gimana dong, Ya Allah bantu hambamu ini menjadi lebih baik dalam kemarahan. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

  BENCI Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunj...