Kamis, 04 Agustus 2022

Hai... kangen....

 Jam-jam segini

malam, aku begitu takut ketika pintu diketuk. Polisi yang datang, menyatakan kamu sudah tidak ada lagi di dunia ini. kecelakaan lalulintas! Satu jam sebelumnya aku minta dibeliin kopi untuk teman mengetik sampai pagi. Kakiku seakan tertanam kedalam tanah, tak bisa bergerak. 

Malam menjadi menakutkan bagiku, padahal dahulu kawan baik yang bisa menyelesaikan inspirasi ide menulisku. Malam menjadi semakin pekat, senja yang selalu bikin hampa ngelangsa seakan-akan punya pertanda isyarat kehilangan, menjadi semakin nyata. 

Empat hari sebelumnya, binatang kesayanganmu pergi, aku menangis dalam solat subuh, ketika itikaf di mesjid bulan ramadhan, itu kali pertamanya aku boleh tidur diluar rumah karena izinmu. Kamu bilang walaupun hanya adik, tapi kamu cowok yang bisa minta izin ke Mamak untuk itikaf. 

Bukankah perempuan lebih baik tinggal didalam rumah, tetapi bagimu boleh saja berbeda pendapat, bila perempuan itu aktif dalam organisasi. 

seminggu sebelumnya, aku selalu diminta selalu di rumah jangan di rumah kakakmu yang lainnya. pelukmu yang selalu aku hindari, karena kamu akan tumbuh dewasa, jangan asal memeluk seorang wanita, walaupun aku kakakku. 

Aku begitu takut ketika malam sejak malam kepergianmu, aku akan tidur tidak terlalu malam dan bangun ketika pagi. Aku ingin memiliki malam sama denganmu tanpa bernyawa walaupun tetap bernafas. aku tidak ingin menulis bahkan mulai mendesain, sehari sebelum kepergianmu aku membeli spidol, bukan baju untuk lebaran. 

Entahlah hari itu aku tidak ingin melewati besok, padahal kita janji minum es teh manis ketika zuhur esok harinya. 

Ada dalam hatiku sesuatu yang membuat tak bisa utuh, entah itu ketika bahagia ataupun sedih, tetap merasa ada sesuatu yang terlepas dariku. Hal terberatku adalah tetap hidup setelah ditinggal oleh kepergianmu. 

Semoga Allah selalu merahmatimu, karena kamu tahu kan, bahagiamu adalah dua kali lipat bahagiaku, kesedihanmu adalah berkali-kali lipat kesedihanku. 

Sekarang aku sudah berdamai dengan malam. detik-detik jarum jam bergerak diangka kabar paling menyedihkan sudah kulewati. Kejadian itu bagai bayangan, namun ku beranikan membiarkan dia lewat setiap malam dengan perasaan hancur sekalipun aku sedang tidak bersedih. 

Tiga tahun tidak mengubah apapun, Tak ada yang mengetahui hatiku sangat terluka pada kejadian ini. Tidak ada yang tahu, bahkan ketika aku mengukur tingkat kesakitan apabila terjatuh dari atas jembatan pancoran. Aku memang manusia lemah, tak mampu sepenuhnya menerima. 

Tapi bukankah kematian jalanmu bertemu Allah, bertemu Nabi yang sering kamu ceritakan, shalawatan, bukankah amalan tertinggi bukan hanya memberi, tetapi menerima takdir Allah, ridho akan ketetapannya!

mungkin ini peringatan untuk aku ya, aku selalu bilang sama temanku, ketika solat tahajud aku tidak bisa seperti orang-orang yang mudah menangis? dan kamu tahu sekarang bukan hanya tahajud saja, semua selesai waktu solat bahkan aku menangis!

Aku tidak bisa menangis didepan orang lain dan sekarang aku mudah menangis bahkan didalam kendaraan umum sekalipun!

Baik-baik disana ya, Aku hanya kangen! teman-temanmu sekarang sudah ada yang kerja dan bahkan bawa martabak buat Mamak dan Abah, ketika melihat dijalan pasti aku dipanggil. Ternyata kamu anak baik ya, teman-temanmu baik, sempat aku khawatir. 

Nilai pelajaranmu yang agak kurang tetapi hatimu seperti Nobita, dan kamu selalu bilang kakakmu ini doraemon, yang selalu punya kantong ajaib untuk mengabulkan apapun keinginanmu. 

Hal berkesan, saat aku pulang kerja dan kamu selalu menungguku untu mengerjakan PR bersama, padahal ada kakakmu lainnya yang lulusan sarjana, tapi kamu memilih belajar sama aku,hahhahah Karena aku selalu ikut apa katamu. 

"Ucok gak bisa?"

"Pasti bisa...!"

"Ucok gak bisa apa-apa, tanpa kakak" aku hanya tertawa senang mendengarnya lalu kakakmu yang lainnya mulai tidak setuju....

"Hadew, mulai deh romantis....!"

Disana, kamu bisa  tanpa aku, dan sekarang aku ternyata yang enggak bisa tanpa kamu...!

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

  BENCI Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunj...