Rasanya udah lama
banget ya, enggak nulis di blog. Padahal banyak hal yang ingin di tumpahin di
sini.
Blogy, pernah gak sih
di judge abis-abisan.
Rasanya enggak enak
banget apalagi sama orang yang enggak begitu mengenal kita?
Baru saja, aku
mengalaminya.
^^
Salah ya jadi jomblo?
Pernah terpikir enggak sih, mengapa kita memilih untuk sendiri dulu daripada
bersama dengan orang yang enggak pernah mengerti kita? (bukannya Egois hanya
ingin dimengerti, tapi tolong sedikit pahami aja...)
Banyak alasan kita
memilih sendiri? Bukan hanya karena pernah sakit hati lalu tidak ingin sakit
hati lagi. Itu salah besar!
Tanpa pasangan, kita
juga bisa cenderung sakit hati. Enggak percaya? Begitu banyak prasangkaan buruk
yang mudah orang lain lontaran kepada kita. salah satunya karena kita belum
mendapatkan jodoh diusia yang dianggap sudah cukup membangun rumah tangga.
(Rumah yang ada tangganya, ya)
Ya, begitulah orang
mudah mengomentari lainnya.
^^
Aku bukan menunggu
orang yang sempurna, karena aku tahu tidak ada manusia yang sempurna, walaupun
kita makhluk yang paling sempurna yang Tuhan ciptakan di bandingkan Hewan dan
tumbuhan, karena kita diberi akal dan pikiran. Tetapi pada kodratnya kita punya
peluang untuk berbuat kesalahan, maka itu manusia dikatakan tidaklah sempurna.
Nah, karena kita
diberikan akal dan pikiran, Bukankah seharusnya kita berpikir tentang hidup
kita? tentang apa yang harus kita jalani? Dan menikah juga itu butuh pemikiran
yang sangat matang, (Bukan seperti telur, setengah matang aja, sudah enak,
hhehheeh)
Memangnya salah ya,
kalau sampai saat ini aku belum menikah? Mungkin banyak yang khawatir, takutnya
kita tidak bisa mendapatkan jodoh, mengapa harus khawatir? Bukankah kita punya
tempat untuk meminta? Karena aku seorang
Muslim, aku hanya bisa meminta kepada Allah Swt.
Mungkin Orang tua, saudara, teman-teman dan
kenalan, khawtir kita akan hidup sendiri, bukankah ada yang Maha Menjamin
segala sesuatunya yaitu, Tuhan yang Maha Kuasa.
Ya, aku sadari kebanyakan dari teman-temanku sudah
ada yang punya keluarga bahkan memilki anak-anak yang sangat lucu. Sedangkan
aku belum?
Terus kenapa?????
Memangnya aku berhak
memaksa jodoh itu datang?
Ada yang bilang
“Memang, jodoh di tangan Tuhan” tapi kalau tidak dicari kita tidak akan bertemu.
Ya, benar, walaupun
dari sebelum kita diciptakan, nama orang
yang akan menjadi jodoh kita sudah tertulis rapi, tapi harus ada usaha untuk
menemukannya.
Tapi bagaimana cara
menemukan jodoh kita, dari sekian banyak jutaan manusia didunia ini?
Dan Aku hanya bisa berdoa, supaya dipertemukan oleh jodoh yang
baik?
Aku sebagai manusia hanya bisa berpasrah kepada
Sang-Pencipta yang maha menciptakan rasa di hati. Aku sebagai manusia, hanya menjalani setiap
skenario-Nya. Aku seorang manusia yang hanya bisa berdoa untuk meminta yang
terbaik.
Aku tidak pernah
mengerti, seperti apa itu “Cinta”
Namun aku pernah
mengenal Cinta?
Mereka yang datang
bilang “Mencintaiku” namun disaat aku tidak bisa membalas rasanya, mereka
membenciku bahkan menjauhiku, apa itu cinta? Harus berbalaskah? Kalau tidak,
dia akan berubah jadi benci? Marah? Bahkan dendam?
Apa tidak ada kebaikan
didalam kata-kata Cinta yang pernah diucapkan-nya? bahkan untuk bertegur sapa
saja tidak ingin lagi, bukankah seharusnya kita bisa tertawa saat dia tertawa
walaupun tawanya itu bukan karena kita. Aku bahkan tidak mengerti, seperti apa
Cinta yang mereka tawarkan?
^^
Temanku bilang, aku
tidak bisa membuka hatiku?
Aku selalu membuka
hatiku untuk setiap orang, bahkan aku selalu berdoa kepada Tuhan agar selalu
melembutkan hatiku, agar aku bisa juga merasakan perasaan sakit setiap orang
lain, dan perasaan bahagia orang lain.
Namun lagi-lagi Cinta
seperti apa yang ingin menghampiriku?
Aku hanya ingin cinta
yang tulus, mereka melakukannya tanpa
beban, mereka masih bisa tersenyum di kala susahnya, cinta yang bisa menghapus
sedihnya dan akan menjadinya kekuatan untuknya. Cinta yang tak pernah memaksa
bahkan ikhlas mencintaiku dengan segala kekurangan dan kelebihan yang aku
miliki.
Bukankah seperti itu seharusnya “Cinta?”
Mungkin aku yang salah,
terlalu banyak mikir dan selektif dalam memilih. Ya, begitu kata temanku, aku
seorang pemilih, “aku seorang pemilih?!” Bukankah kita selalu jadi pemilih,
apalagi untuk setiap lima tahun sekali.
Sejujurnya bahkan aku
tidak berani memilih dan menilai orang lain, karena aku sadar diriku tidak
cantik-cantik amat. (Aku hanya sadar, betapa manisnya diriku, heheheheh
*SEDIKIT NARSIS BOLEH DONG*)
Terkadang aku, hanya
berani mengambil keputusan yang menurut pemikiranku itu baik atau tidak
untukku? Apakah itu salah?
Aku pernah ketemu sama
satu orang cowok yang kerjaan sampingannya adalah Mak Comblang. Siapa yang gak
jadi kalau dicomblangin sama nih cowok, tapi kata-katanya itu loh. Benar-benar
parah! Masa dia bilang.
“Kalo sebagai cewek,
tidak berhak memilih! Yang berhak memilih adalah cowok. Jadi Kalau sudah ada
cowok yang mau, yah harus terima. Mau, jadi perawan tua!”
OhMyGod, kita membahas
gender dalam urusan cinta! Bagaimanapun itu pendapat dia, jadi terserah dia.
bukankah cewek atau cowok punya hak yang sama dalam mencintai dan mendapatkan
kebahagian.
Lagi-lagi, Cinta
seperti apa yang ingin mereka tawarkan!
“Cinta yang
mengharapkan Ridho-Nya” itu Jauh lebih baik. (Ini pendapatku...hehe)
^^
Beberapa hari yang
lalu, aku bagai di Interogasi dengan pertanyaan demi pertanyaan, tapi kali ini
oleh seorang Dokter bukan polisi yang selalu mengintrogasi tersangka kasus.
Entahlah apa yang
membuatnya menarik akan kisah pribadiku, tapi rasanya dia mau tahu saja tentang
kehidupan pribadiku. (Ini membuat aku merasa aneh)
Pertama kali aku
bertemu dengannya, atas rujukan dokter sebelumnya, Dia dokter spesialis, ramah,
baik dan memang sudah sedikit tua dengan guratan-guratan kerut diwajahnya. Aku
bertemu dengannya karena adik sepupuku ingin melakukan operasi.
Setelah Operasi pertama
selesai dijalani, kami (Aku dan adik sepupuku) sering kerumah sakit karena
harus kontrol ulang untuk Operasi selanjutnya. Pertama kali dia menanyakan
status pekerjaanku, ya, itu hal biasa menurutku dikarenakan aku mengaku sebagai
kakaknya, dan biaya operasinya sangat mahal, itu wajar untuk memperkirakan
biaya yang dibutuhkan untuk dibayarkan
oleh pihak keluarga.
“Kamu, kerjanya apa?”
Tanya Sang Dokter
“Ohh, saya Spg, dok...”
Jawabku
“Spg?” Dia mengerutkan
alisnya dan dahinya mulai naik-turun “Apa itu Spg?” Tanyanya lagi
“Spg itu Sales
Promotion girls, dok” Jawabku yang mulai memahami, mungkin profesi sebagai
dokter, tidak tahu pekerjaan seorang sales yang hanya diri-diri aja didepan
counter produknya saja.
Aku hanya seorang Spg
mall, kerja dua shift pagi atau siang, libur di hari weekday dengan gaji
standar umr di tambah dengan bonus (Pengen sih, ngomong bercita-cita menjadi
penulis dan udah mulai ngirim-ngirim tulisan, tapi agak malu, hehhe)
Dan ternyata tidak
selesai sampai disitu, pertanyaan berikutnya, Dia menanyakan silsilah keluarga,
Oke dengan sedikit aneh aku jawab. Karena Dia orang yang ramah pada semua
orang, bahkan pada satpam hingga tukang parkir, jadi aku pikir ini memang
wajar.
Dan dia juga pernah
menanyakan tentang statusku, “Sudah menikah?” dan karena sudah sering ketemu
untuk kontrol dan sering ngobrol tentang penyakit, aku jawab sejujurnya.
^^
Hingga selanjutnya,
pada Operasi kedua terjadi. Pada Operasi ini aku melihat Wanita yang sudah
tidak muda lagi namun tetap enerjik, berada disampingnya. Alhamdulillah itu Istrinya (Dalam hati aku
mengucap syukur, hehe)
Namun beberapa hari
yang lalu ketika aku mengantar saudara sepupuku untuk kontrol ulang lagi, aku
di tembak dengan pertanyaan yang sama.
“Kamu, sudah Merried?”
Kakiku masih berada didepan pintu masuk, belum masuk kedalam ruangan, belum
juga duduk, langsung ditanya dengan
pertanyaan begitu, kontan aku kaget dan sangat merasa aneh.
Tidak ada pembukaan
basa-basi seperti apa kabar, atau tanya kepasien, apa yang dirasa setelah
operasi? Seakan pertanyaan yang sudah lama ingin ditanyakan dan setelah bertemu
lalu langsung ditanyakan olehnya.
Dengan sejuta bingung,
aku hanya tersenyum dan menjawab “Belum, Dok” (padahal dalam hati bingung dan
kaget plus kesel, apa gak bisa membahas topik yang lain, ya? Seperti jet
pribadi milik Syahrini, atau dukung pilpres mana?)
“Kenapa belum menikah,
memangnya nunggu apalagi?” Tanyanya lagi
“Nunggu......”
(Aku benar-benar gak tahu harus jawab apa, dalam pikiranku, memang nunggu apa
ya? Yah, nunggu calonnya, dok?????? Aduh dokter ini, tapi aku tidak ngomong
seperti itu, takut dokternya punya calon, gelagatnya sih kayak mau ngejodohin
gitu deh, Pede banget ya, ngapain juga dokter ngurusin urusan aku, bukannya
urusannya jauh lebih penting)
“Nunggu...Nunggu, adik saya sembuh, dok” Jawabku memberi alasan,
tapi langsung dibantah dengan sigap olehnya
“Ahgggg, adik kamu
sudah sembuh, sudah dua-duanya dioperasi” Jawabnya lagi sambil menatap tajam.
Oke ini seperti tatapan kucing yang ingin membunuh Sherk yang dikirim oleh
ayahnya Fiona dalam Film Sherk 2
“Oh...ohhhh....” Aku
mulai kehabisan jawaban jadi diam seribu bahasa saja dan menatap kaca yang ada
didalam ruangan yang berdiameter 4. Lalu sang Dokter menatap kekaca seperti
menanti jawaban, lagunya Padi.
“Ohhhh, Iya, saya tahu,
kamu pasti mau Cokay, Cogan, iya kan?” Ucapnya sambil tersenyum-senyum (Kurang
gaul apa dokter ini, bisa pakai bahasa singkatan ala-ala anak gaul)
HAH....Cokay? CoGan?
Maksudnya Cowok Kaya? Cowok Ganteng? Seperti David Beckham, gitoooo? Memangnya
aku siapa, Victoria? Kalau kayanya seperti Adri Backry , memangnya aku siapa,
Nia Ramadhani? Hidungnya Nia Ramadhani aja, beda jauh banget sama idung aku, jadi
mana berani berharap yang seperti itu.
Tapi kalau ditanya mau,
ya pasti semua cewek didunia ini juga pada mau. Tapi aku selalu ingat apa kata
Nyokap. Kalo nilai 6 enggak bakal bisa dapat nilai 9, (Tapi kalo belajar terus
dan les primagama, bisa gak ya????)
Pokoknya Ucapan Dokter
itu salah besar, bagaimana dia bisa men-jugde aku seperti itu?
Memangnya seperti apa
dandananku ketika datang ke rumah sakit? Aku hanya pakai Kaos dan celana levis?
Memang seperti apa make-upku bila datang untuk kontrol, aku hanya pakai bedak
tipis dan lip-ice. Memang beda kalo aku kerja, bisa-bisa ngalahin make-Upnya ondel-ondel
di Ancol, hehhehe.
Bahkan kendaraan
Favorit kami bila datang kerumah sakit adalah “BAJAJ MERAH TIGA RODANYA”
Atau apa tampangku seperti
artis yang memerankan Cewek Matre dan ingin merebut harta kekayaan pacarnya,
seperti sinetron-sinetron Indonesia? Parahhhhh....banget!!!!! Bagaimana bisa ya
dia menilai aku seperti itu, padahal kami sudah saling mengenal baik dalam
setahun ini?
“Iya, Kan?” Tanya
Dokternya lagi padaku, dan dalam seketika lamunanku berhamburan terbang keawan.
“Apa Dok?” Tanyaku
pura-pura enggak mengerti dengan pembicaraan ini. Lima menit serasa berubah
menjadi lima jam lima puluh lima menit.
“CoGan, Cokay? Oke?” Ucap
Dokter lagi. Apa-apan ini, Oke-oke aja. Namun sebagai sepupu yang baik,
akhirnya sepupuku membelaku.
“Gak penting, Dok, yang
CoKay atau CoGan, yang penting CoMus” Jawab adik sepupuku
Dokter mikir sambil
memeriksa kuping adik sepupuku, dan aku menerka-nerka, apa itu CoMus? Cowok
Musang? Akhirnya dengan sejuta keingintahuan yang tinggi, dokter mendesak apa
itu CoMus?
“Apa itu CoMus?” Tanya
Dokter
Adik sepupuku pun
menjawab “Cowok Muslim, dok. Karena kami muslim, InShaaAllah kami ingin yang
seiman” Pinter ya, adik sepupuku, hehhehe
Akhirnya
tambah panjang ini pembicaraan............
“Iya, ini memang harus,
tapi jangan lama-lama juga tidak menikah, kalau cewek sampai usia matang belum
menikah nanti ketuaan dan bisa-bisa murah harganya sedangkan cowok diusianya
yang matang akan mahal harganya”
Whatt...!!!!! Kita
sedang membahas apa ya? Penjualan kain ditanah abang atau jualan es
cendol???????
Dikira kita barang
dagangan apa? Murah dan mahal? Memang kita kelapa kali, kalo tua dijadiin
santan dan kalau muda di nikmati dipinggir pantai????
Oke, nasihat ini, aku
anggap seperti nasihat bokap kepada anaknya. Terima kasih loh, dok, membuat aku
berpikir dan sempat nyesek!!!!!
Pembicaraan akan tambah
panjang dan semakin panjang, bila aku belum berkata seperti ini.
“Iya, Dok, nanti
InShaaAllah, Dokter saya undang deh” Harus berkata seperti ini, untuk
mengakhiri pembicaraan atau judge-ment tentang diriku.
Ruangan Hening, dan
setelah pemeriksaan dengan hasil baik-baik saja. Akhirnya dokter tandatangan
dan menyerahkan selembar kertas sambil berkata:
“Datang kembali, tiga
bulan lagi, ya” Ucap Dokter
“Terima kasih ya, dok”
Ucap kami berdua
“Iya, iya” Jawabnya
cepat
Tiga bulan lagi, apakah
akan menghadapi pertanyaan yang sama????? Atau diminta undangannya, waduhhhhhh......!!!!!!!
^^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar