Selasa, 06 April 2021
Sudut gelap
kemarin aku duduk di halte bus, sendirian, malam pula...
aku sadar menunggu adalah hal yang paling menjengkelkan, tapi menunggu akan mengantarkan kita pada satu tujuan, tujuan yang kita inginkan.
Aku menunggu kendaraan dengan helm dan jaket yang berwarna senada, katanya 10 menit lagi ya kak, mohon di tunggu. Aku menunggu di halte bus, dengan sedikit warna lampu jalan, redup. Sebenarnya aku lebih takut suara jangkrik diatas tanah rerumputan samping halte bus, dibandingkan nyamuk yang berusaha pamer hidup bebas dengan cara terbang di depan mataku berkali-kali.
aku membalas iya...
Aku berusaha memperhatikan jaket dan helm dengan logo perusahaan itu, diantara kendaraan yang sedang berlalu lalang, ada yang melaju kencang, hingga melambatkan kendaraannya dengan cara menurunkan satu kaki dan mengecek handpone,bukan aku penumpangnya dan bukan juga nomor kendaraan yang sama aku pesan, lama sudah aku perhatikan satu-satu kendaraan yang melintas di depanku, melihat nomor kendaraan yang mencoba berhenti,apakah sama atau tidak seperti yang aku order.
halte bus dan sudut gelap... terasa sempit sesak dadaku, seakan aku harus belajar kembali cara bernafas dengan baik. Aku memikirkan betapa bintang sangat begitu berjasa untuk malam, seakan bisa mengurangi ketakutanku. Apa yang aku takutkan? kehilangan, ditinggalkan, atau sendirian.
Sudut gelap itu mempunyai arti, tidak ingin membiarkan siapapun masuk dengan mudah, karena disana dahulu sempat menyala,lalu redup hingga menjadikannya gelap. Aku sendiri yang membiarkannya tanpa cahaya dan mengizinkan
tanpa seseorang. Dan apa hubungannya denganku yang saat ini sedang menunggu di halte bus?
Aku teringat ucapan teman yang bilang, dia bukan lagi rumah yang dituju kekasih hati yang dicintainya selama ini, kekasih bilang dia sudah sadar salah tujuan, tidak ingin menetap dan ingin kembali pulang ke tujuan yang sebenarnya. Selama ini kekasihnya hanya beristirahat, sekedar melepas lelah tetapi tidak bahagia bersamanya. Dia temanku hanya dijadikan rest area, mungkin seperti halte bus yang sedang aku duduki atau bandara, bisa jadi stasiun transit.
Tidak mengapa kata temanku , setidaknya dia sudah melepas rasa lelahnya dan bersiap kembali untuk melangkah, berhenti sejenak di rest areanya adalah kebahagiaan temanku ,mampu membuatnya merasakan rasa senang walaupun dengan cara sederhana,begitu aku mengutip kata-katanya, namun bagiku kejam ya cinta....
Saat ini ketika masih melihat semua kendaraan melewatiku dan tidak ada yang berhenti di depanku, aku harus tetap memelihara rasa jengkel itu, dengan masih menunggunya. Seperti kamu...mungkin sudut gelap yang kamu ciptakan membuat kamu seperti kendaraan tadi hanya melewatiku tidak berhenti.
Karena kamu bukan seseorang yang aku pesan dengan Tuhan. Kamu tidak bakal datang, kamu tidak dapat mengenali aku sedang duduk dimana, kamu yang tidak sesuai orderan dan tidak memintaku menunggu sepuluh menit atau bahkan lebih, dan kamu tidak akan berhenti di tempat yang kita telah sepakati dalam pembicaraan pesanan tadi.
Mungkin aku yang salah masuk rumah, seharusnya ketika aku masuk, aku langsung menyadari seperti kekasih temanku, bukan kamu yang aku tuju aku terlalu lama berhenti lalu menunggu untuk sekedar mengosongkan hatiku, atau aku harus seperti temanku yang begitu ikhlas, untuk melepas. Baginya pergi bukan kabur, hilang, menghapus atau mengosongkan tetapi kembali.
Beberapa hal indah memaksa untuk berpindah, tidak harus langsung menjadi berubah, Tetapi aku harap sudut gelapku akan kembali menyala untuk menjadi terang, tidak sekedar dijadikan tempat berbagi lelah, tempat peristirahatan semata tetapi juga tempat menetap, tidak akan terlalu paksa koq, hanya ingin dijadikan tujuan dirinya untuk kembali pulang. Jangan kelamaan di halte bus atau bandara, apalagi stasiun, tidak enak tahu, karena akan ada hal yang menjengkelkan yaitu menunggu, entah sekedar untuk pergi atau pulang kembali.
Eh... pesananku sudah datang bukan sepuluh menit tetapi hampir dua puluh menit, aku sudah menghabiskan kopi dingin dengan ukuran gelas besar, dan dia minta maaf karena sudah membuat aku menunggu lama, tidak apa-apa, "Ayo kita pergi karena aku mau pulang"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
BENCI Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunj...
-
Hai Blogy.... Aku sedang bingung, dan sedih, banyak kejadian enggak mengenakan datang. Dengar kabar diluaran yang bikin miris. Banyak teman...
-
Cowok yang satu ini adalah teman berantem gue, Ceng-Cengan hehehehehhe, tapi gak lama kemudian mungkin dia sadar ternyata tuh gue mani...
-
Hai blogy.... Pa kabar, semoga baik ya.... Aku juga lumayan baik, hehhehe insyaallah akan selalu baik-baik saja. Akhirnya potong rambut bl...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar