BENCI
Siapa
kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu
Siapa
kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunjung langit
Bahkan
ketika kau mencoba meludahi langit, itu hanya akan mengotori wajahmu sendiri.
Seperti
apa doa yang seharusnya???
Yang baik-baik karena akan mantul kepada
dirimu?
Bukankah
doa adalah suatu kebutuhan
Kebutuhan
kita ketika menjalaninya
Ketika
kita diuji oleh satu masalah, kecil maupun besar????
Doa
yang seperti apa yang bisa menjadikanmu tetap tersenyum dalam rona kebencian
Doa
yang mantul seperti apa kepada dirimu, ketika mendoakan mereka dengan segala
hujatan dalam kebencian hatimu
Doa
seperti apa yang membuat Allah marah kepadamu dan memberikan balasan yang tidak
sesuai dengan tidak kamu inginkan.
Doa
adalah senjatanya orang mukmin, senjata seperti apa yang harus aku tembakan
tepat di bagian lidahnya yang
menyebabkan otaknya harus mengeluarkan kata-kata yang seharusnya membuat aku
semakin memdoakanya.
Yang
lebih aku benci orang terdekatku membela seakan berusaha meyakinkan telur dadar
lebih enak daripada telur dengan satu mata sapi.
Kata-katanya
mampu melumpuhkan seluruh hidupmu, seakan kau percaya dirimulah yang salah dan
dia memang seperti hukum dengan harga mati yang disusun selalu benar.
Hukum
seperti apa yang pantas untuknya dengan bermil-mil air hangat yang melelehkan
mataku, doa seperti apa yang dijabah agar tidak menambah sesak-an karang
dihatiku lagi .
Aku
benci dengan kebencian yang mengakar dari relung hatiku, sejak lama sudah ku
coba patahkan, namun dia berusaha manabur bibit kebencian kembali di hatiku,
sakit tumbuh dengan kebencian di dalamnya namun berusaha tersenyum demi
mendamaikan hati sendiri.
Sakit
berkali-kali bara itu tidak pernah padam dan kembali memanas dengan tiupan angin
dari arahnya kembali. Sakit ketika orang terdekat justru bilang “Kitalah yang
Salah”
Kembali
pada sifat dasar manusia, sumbernya dosa
dan muaranya dosa