Selasa, 11 Maret 2025

Puisi (Ngedit)

 

BENCI

Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu

Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunjung langit

Bahkan ketika kau mencoba meludahi langit, itu hanya akan mengotori wajahmu sendiri.

Seperti apa doa yang seharusnya???

 Yang baik-baik karena akan mantul kepada dirimu?

Bukankah doa adalah suatu kebutuhan

Kebutuhan kita ketika menjalaninya

Ketika kita diuji oleh satu masalah, kecil maupun besar????

Doa yang seperti apa yang bisa menjadikanmu tetap tersenyum dalam rona kebencian

Doa yang mantul seperti apa kepada dirimu, ketika mendoakan mereka dengan segala hujatan dalam kebencian hatimu

Doa seperti apa yang membuat Allah marah kepadamu dan memberikan balasan yang tidak sesuai dengan tidak kamu inginkan.

Doa adalah senjatanya orang mukmin, senjata seperti apa yang harus aku tembakan tepat di bagian lidahnya  yang menyebabkan otaknya harus mengeluarkan kata-kata yang seharusnya membuat aku semakin memdoakanya.

Yang lebih aku benci orang terdekatku membela seakan berusaha meyakinkan telur dadar lebih enak daripada telur dengan satu mata sapi.

Kata-katanya mampu melumpuhkan seluruh hidupmu, seakan kau percaya dirimulah yang salah dan dia memang seperti hukum dengan harga mati yang disusun selalu benar.

Hukum seperti apa yang pantas untuknya dengan bermil-mil air hangat yang melelehkan mataku, doa seperti apa yang dijabah agar tidak menambah sesak-an karang dihatiku lagi .

Aku benci dengan kebencian yang mengakar dari relung hatiku, sejak lama sudah ku coba patahkan, namun dia berusaha manabur bibit kebencian kembali di hatiku, sakit tumbuh dengan kebencian di dalamnya namun berusaha tersenyum demi mendamaikan hati sendiri.

Sakit berkali-kali bara itu tidak pernah padam dan kembali memanas dengan tiupan angin dari arahnya kembali. Sakit ketika orang terdekat justru bilang “Kitalah yang Salah”

Kembali pada sifat  dasar manusia, sumbernya dosa dan muaranya dosa


Rindu dan Cemburu (Puisi) belum rampung

 

Antara Rindu dan Cemburu Menyatu…..

 

Malam itu semua bertemu,

apakah  ujung Rinduku yang berpangkal

Atau memang Sang-Pencipta masih menggoreskan

namamu dalam kitabku.

Tak bisa aku menentang pertemuan itu, bahkan ketika aku selalu

Menyebut sosokmu yang tetap menjadi pemeran utama dalam doa-doaku

Tak bisa aku ingkari ada rindu yang terbayar.

Tatapan matamu masih sama, tanpa senyum dan sapa.

Aku keget hanya bisa terdiam mematung bahkan aku berjalan tidak

Mengikuti tujuanku.

Entri yang Diunggulkan

  BENCI Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunj...