Sabtu, 24 Mei 2014

Hi Blogy....




Rasanya udah lama banget ya, enggak nulis di blog. Padahal banyak hal yang ingin di tumpahin di sini.
Blogy, pernah gak sih di judge abis-abisan.
Rasanya enggak enak banget apalagi sama orang yang enggak begitu mengenal kita?
Baru saja, aku mengalaminya.
^^
Salah ya jadi jomblo? Pernah terpikir enggak sih, mengapa kita memilih untuk sendiri dulu daripada bersama dengan orang yang enggak pernah mengerti kita? (bukannya Egois hanya ingin dimengerti, tapi tolong sedikit pahami aja...)
Banyak alasan kita memilih sendiri? Bukan hanya karena pernah sakit hati lalu tidak ingin sakit hati lagi. Itu salah besar!
Tanpa pasangan, kita juga bisa cenderung sakit hati. Enggak percaya? Begitu banyak prasangkaan buruk yang mudah orang lain lontaran kepada kita. salah satunya karena kita belum mendapatkan jodoh diusia yang dianggap sudah cukup membangun rumah tangga. (Rumah yang ada tangganya, ya)
Ya, begitulah orang mudah mengomentari lainnya.
^^
Aku bukan menunggu orang yang sempurna, karena aku tahu tidak ada manusia yang sempurna, walaupun kita makhluk yang paling sempurna yang Tuhan ciptakan di bandingkan Hewan dan tumbuhan, karena kita diberi akal dan pikiran. Tetapi pada kodratnya kita punya peluang untuk berbuat kesalahan, maka itu manusia dikatakan tidaklah sempurna.
Nah, karena kita diberikan akal dan pikiran, Bukankah seharusnya kita berpikir tentang hidup kita? tentang apa yang harus kita jalani? Dan menikah juga itu butuh pemikiran yang sangat matang, (Bukan seperti telur, setengah matang aja, sudah enak, hhehheeh)
Memangnya salah ya, kalau sampai saat ini aku belum menikah? Mungkin banyak yang khawatir, takutnya kita tidak bisa mendapatkan jodoh, mengapa harus khawatir? Bukankah kita punya tempat untuk meminta?  Karena aku seorang Muslim, aku hanya bisa meminta kepada Allah Swt. 
 Mungkin Orang tua, saudara, teman-teman dan kenalan, khawtir kita akan hidup sendiri, bukankah ada yang Maha Menjamin segala sesuatunya yaitu, Tuhan yang Maha Kuasa.
Ya, aku  sadari kebanyakan dari teman-temanku sudah ada yang punya keluarga bahkan memilki anak-anak yang sangat lucu. Sedangkan aku belum?
Terus kenapa?????
Memangnya aku berhak memaksa jodoh itu datang?
Ada yang bilang “Memang, jodoh di tangan Tuhan” tapi kalau tidak dicari kita tidak akan bertemu.
Ya, benar, walaupun dari sebelum kita diciptakan,  nama orang yang akan menjadi jodoh kita sudah tertulis rapi, tapi harus ada usaha untuk menemukannya.
Tapi bagaimana cara menemukan jodoh kita, dari sekian banyak jutaan manusia didunia ini?
Dan Aku hanya bisa  berdoa, supaya dipertemukan oleh jodoh yang baik?  
Aku  sebagai manusia hanya bisa berpasrah kepada Sang-Pencipta yang maha menciptakan rasa di hati.  Aku sebagai manusia, hanya menjalani setiap skenario-Nya. Aku seorang manusia yang hanya bisa berdoa untuk meminta yang terbaik.
Aku tidak pernah mengerti, seperti apa itu “Cinta”
Namun aku pernah mengenal Cinta?
Mereka yang datang bilang “Mencintaiku” namun disaat aku tidak bisa membalas rasanya, mereka membenciku bahkan menjauhiku, apa itu cinta? Harus berbalaskah? Kalau tidak, dia akan berubah jadi benci? Marah? Bahkan dendam?
Apa tidak ada kebaikan didalam kata-kata Cinta yang pernah diucapkan-nya? bahkan untuk bertegur sapa saja tidak ingin lagi, bukankah seharusnya kita bisa tertawa saat dia tertawa walaupun tawanya itu bukan karena kita. Aku bahkan tidak mengerti, seperti apa Cinta yang mereka tawarkan?
^^
Temanku bilang, aku tidak bisa membuka hatiku?
Aku selalu membuka hatiku untuk setiap orang, bahkan aku selalu berdoa kepada Tuhan agar selalu melembutkan hatiku, agar aku bisa juga merasakan perasaan sakit setiap orang lain, dan perasaan bahagia orang lain.
Namun lagi-lagi Cinta seperti apa yang ingin menghampiriku?
Aku hanya ingin cinta yang tulus,  mereka melakukannya tanpa beban, mereka masih bisa tersenyum di kala susahnya, cinta yang bisa menghapus sedihnya dan akan menjadinya kekuatan untuknya. Cinta yang tak pernah memaksa bahkan ikhlas mencintaiku dengan segala kekurangan dan kelebihan yang aku miliki.
 Bukankah seperti itu seharusnya “Cinta?”
Mungkin aku yang salah, terlalu banyak mikir dan selektif dalam memilih. Ya, begitu kata temanku, aku seorang pemilih, “aku seorang pemilih?!” Bukankah kita selalu jadi pemilih, apalagi untuk setiap lima tahun sekali.  
Sejujurnya bahkan aku tidak berani memilih dan menilai orang lain, karena aku sadar diriku tidak cantik-cantik amat. (Aku hanya sadar, betapa manisnya diriku, heheheheh *SEDIKIT NARSIS BOLEH DONG*)
Terkadang aku, hanya berani mengambil keputusan yang menurut pemikiranku itu baik atau tidak untukku? Apakah itu salah?
Aku pernah ketemu sama satu orang cowok yang kerjaan sampingannya adalah Mak Comblang. Siapa yang gak jadi kalau dicomblangin sama nih cowok, tapi kata-katanya itu loh. Benar-benar parah! Masa dia bilang.
“Kalo sebagai cewek, tidak berhak memilih! Yang berhak memilih adalah cowok. Jadi Kalau sudah ada cowok yang mau, yah harus terima. Mau, jadi perawan tua!”
OhMyGod, kita membahas gender dalam urusan cinta! Bagaimanapun itu pendapat dia, jadi terserah dia. bukankah cewek atau cowok punya hak yang sama dalam mencintai dan mendapatkan kebahagian.
Lagi-lagi, Cinta seperti apa yang ingin mereka tawarkan!
“Cinta yang mengharapkan Ridho-Nya” itu Jauh lebih baik. (Ini pendapatku...hehe)
^^
Beberapa hari yang lalu, aku bagai di Interogasi dengan pertanyaan demi pertanyaan, tapi kali ini oleh seorang Dokter bukan polisi yang selalu mengintrogasi tersangka kasus.
Entahlah apa yang membuatnya menarik akan kisah pribadiku, tapi rasanya dia mau tahu saja tentang kehidupan pribadiku. (Ini membuat aku merasa aneh)
Pertama kali aku bertemu dengannya, atas rujukan dokter sebelumnya, Dia dokter spesialis, ramah, baik dan memang sudah sedikit tua dengan guratan-guratan kerut diwajahnya. Aku bertemu dengannya karena adik sepupuku ingin melakukan operasi.
Setelah Operasi pertama selesai dijalani, kami (Aku dan adik sepupuku) sering kerumah sakit karena harus kontrol ulang untuk Operasi selanjutnya. Pertama kali dia menanyakan status pekerjaanku, ya, itu hal biasa menurutku dikarenakan aku mengaku sebagai kakaknya, dan biaya operasinya sangat mahal, itu wajar untuk memperkirakan biaya yang  dibutuhkan untuk dibayarkan oleh pihak keluarga.
“Kamu, kerjanya apa?” Tanya Sang Dokter
“Ohh, saya Spg, dok...” Jawabku
“Spg?” Dia mengerutkan alisnya dan dahinya mulai naik-turun “Apa itu Spg?” Tanyanya lagi
“Spg itu Sales Promotion girls, dok” Jawabku yang mulai memahami, mungkin profesi sebagai dokter, tidak tahu pekerjaan seorang sales yang hanya diri-diri aja didepan counter produknya saja.
Aku hanya seorang Spg mall, kerja dua shift pagi atau siang, libur di hari weekday dengan gaji standar umr di tambah dengan bonus (Pengen sih, ngomong bercita-cita menjadi penulis dan udah mulai ngirim-ngirim tulisan, tapi agak malu, hehhe)
Dan ternyata tidak selesai sampai disitu, pertanyaan berikutnya, Dia menanyakan silsilah keluarga, Oke dengan sedikit aneh aku jawab. Karena Dia orang yang ramah pada semua orang, bahkan pada satpam hingga tukang parkir, jadi aku pikir ini memang wajar.
Dan dia juga pernah menanyakan tentang statusku, “Sudah menikah?” dan karena sudah sering ketemu untuk kontrol dan sering ngobrol tentang penyakit, aku jawab sejujurnya.
^^
Hingga selanjutnya, pada Operasi kedua terjadi. Pada Operasi ini aku melihat Wanita yang sudah tidak muda lagi namun tetap enerjik, berada disampingnya.  Alhamdulillah itu Istrinya (Dalam hati aku mengucap syukur, hehe)
Namun beberapa hari yang lalu ketika aku mengantar saudara sepupuku untuk kontrol ulang lagi, aku di tembak dengan pertanyaan yang sama.
“Kamu, sudah Merried?” Kakiku masih berada didepan pintu masuk, belum masuk kedalam ruangan, belum juga duduk,  langsung ditanya dengan pertanyaan begitu, kontan aku kaget dan sangat merasa aneh.
Tidak ada pembukaan basa-basi seperti apa kabar, atau tanya kepasien, apa yang dirasa setelah operasi? Seakan pertanyaan yang sudah lama ingin ditanyakan dan setelah bertemu lalu langsung ditanyakan olehnya.
Dengan sejuta bingung, aku hanya tersenyum dan menjawab “Belum, Dok” (padahal dalam hati bingung dan kaget plus kesel, apa gak bisa membahas topik yang lain, ya? Seperti jet pribadi milik Syahrini, atau dukung pilpres mana?)
“Kenapa belum menikah, memangnya nunggu apalagi?” Tanyanya lagi
  “Nunggu......” (Aku benar-benar gak tahu harus jawab apa, dalam pikiranku, memang nunggu apa ya? Yah, nunggu calonnya, dok?????? Aduh dokter ini, tapi aku tidak ngomong seperti itu, takut dokternya punya calon, gelagatnya sih kayak mau ngejodohin gitu deh, Pede banget ya, ngapain juga dokter ngurusin urusan aku, bukannya urusannya jauh lebih penting)
“Nunggu...Nunggu,  adik saya sembuh, dok” Jawabku memberi alasan, tapi langsung dibantah dengan sigap olehnya
“Ahgggg, adik kamu sudah sembuh, sudah dua-duanya dioperasi” Jawabnya lagi sambil menatap tajam. Oke ini seperti tatapan kucing yang ingin membunuh Sherk yang dikirim oleh ayahnya Fiona dalam Film Sherk 2
“Oh...ohhhh....” Aku mulai kehabisan jawaban jadi diam seribu bahasa saja dan menatap kaca yang ada didalam ruangan yang berdiameter 4. Lalu sang Dokter menatap kekaca seperti menanti jawaban, lagunya Padi.
“Ohhhh, Iya, saya tahu, kamu pasti mau Cokay, Cogan, iya kan?” Ucapnya sambil tersenyum-senyum (Kurang gaul apa dokter ini, bisa pakai bahasa singkatan ala-ala anak gaul)
HAH....Cokay? CoGan? Maksudnya Cowok Kaya? Cowok Ganteng? Seperti David Beckham, gitoooo? Memangnya aku siapa, Victoria? Kalau kayanya seperti Adri Backry , memangnya aku siapa, Nia Ramadhani? Hidungnya Nia Ramadhani aja, beda jauh banget sama idung aku, jadi mana berani berharap yang seperti itu.
Tapi kalau ditanya mau, ya pasti semua cewek didunia ini juga pada mau. Tapi aku selalu ingat apa kata Nyokap. Kalo nilai 6 enggak bakal bisa dapat nilai 9, (Tapi kalo belajar terus dan les primagama, bisa gak ya????)
Pokoknya Ucapan Dokter itu salah besar, bagaimana dia bisa men-jugde aku seperti itu?
Memangnya seperti apa dandananku ketika datang ke rumah sakit? Aku hanya pakai Kaos dan celana levis? Memang seperti apa make-upku bila datang untuk kontrol, aku hanya pakai bedak tipis dan lip-ice. Memang beda kalo aku kerja, bisa-bisa ngalahin make-Upnya ondel-ondel di Ancol, hehhehe.
Bahkan kendaraan Favorit kami bila datang kerumah sakit adalah “BAJAJ MERAH TIGA RODANYA”
Atau apa tampangku seperti artis yang memerankan Cewek Matre dan ingin merebut harta kekayaan pacarnya, seperti sinetron-sinetron Indonesia? Parahhhhh....banget!!!!! Bagaimana bisa ya dia menilai aku seperti itu, padahal kami sudah saling mengenal baik dalam setahun ini?
“Iya, Kan?” Tanya Dokternya lagi padaku, dan dalam seketika lamunanku berhamburan terbang keawan.
“Apa Dok?” Tanyaku pura-pura enggak mengerti dengan pembicaraan ini. Lima menit serasa berubah menjadi lima jam lima puluh lima menit.    
“CoGan, Cokay? Oke?” Ucap Dokter lagi. Apa-apan ini, Oke-oke aja. Namun sebagai sepupu yang baik, akhirnya sepupuku membelaku.
“Gak penting, Dok, yang CoKay atau CoGan, yang penting CoMus” Jawab adik sepupuku
Dokter mikir sambil memeriksa kuping adik sepupuku, dan aku menerka-nerka, apa itu CoMus? Cowok Musang? Akhirnya dengan sejuta keingintahuan yang tinggi, dokter mendesak apa itu CoMus?
“Apa itu CoMus?” Tanya Dokter
Adik sepupuku pun menjawab “Cowok Muslim, dok. Karena kami muslim, InShaaAllah kami ingin yang seiman” Pinter ya, adik sepupuku, hehhehe
Akhirnya tambah panjang ini pembicaraan............
“Iya, ini memang harus, tapi jangan lama-lama juga tidak menikah, kalau cewek sampai usia matang belum menikah nanti ketuaan dan bisa-bisa murah harganya sedangkan cowok diusianya yang matang akan mahal harganya”
Whatt...!!!!! Kita sedang membahas apa ya? Penjualan kain ditanah abang atau jualan es cendol???????
Dikira kita barang dagangan apa? Murah dan mahal? Memang kita kelapa kali, kalo tua dijadiin santan dan kalau muda di nikmati dipinggir pantai????
Oke, nasihat ini, aku anggap seperti nasihat bokap kepada anaknya. Terima kasih loh, dok, membuat aku berpikir dan sempat nyesek!!!!!
Pembicaraan akan tambah panjang dan semakin panjang, bila aku belum berkata seperti ini.
“Iya, Dok, nanti InShaaAllah, Dokter saya undang deh” Harus berkata seperti ini, untuk mengakhiri pembicaraan atau judge-ment tentang diriku.
Ruangan Hening, dan setelah pemeriksaan dengan hasil baik-baik saja. Akhirnya dokter tandatangan dan menyerahkan selembar kertas sambil berkata:
“Datang kembali, tiga bulan lagi, ya” Ucap Dokter
“Terima kasih ya, dok” Ucap kami berdua
“Iya, iya” Jawabnya cepat
Tiga bulan lagi, apakah akan menghadapi pertanyaan yang sama????? Atau diminta undangannya, waduhhhhhh......!!!!!!!
^^^

Entri yang Diunggulkan

  BENCI Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunj...