Blogy,
Semalam mimpiin Ucok, udah lama gak ketemu, kangen, sedih kalau buka-buka ingatan lagi, padahal aku sendiri gak mau tau kronologisnya lebih tepatnya gak berani mendengarnya.
Aku menjadi orang yang mungkin sayangnya berlebihan, takutnya juga sama, gak pernah berpikir adikku yang pergi dulu, walaupun sangat tahu, meninggal tidak harus sakit dan menjadi tua terlebih dahulu.
Umur 17 tahun, masa dimana film ada apa dengan cinta lagi muncul di bioskop, masa remaja, aku punya adik lagi. Aku punya kesamaan dengan iyon sahabatku, kita sama-sama punya adik kecil di usia kita yang memang sudah besar.
Senang tidak senang, lebih banyak senangnya, karena aku punya adik cowok, anak cowok pertama mamak dan Abah, anak dari keturunan suku mamak, anak Batak.
Yaa, keluarga kami aku perhatikan sejak kecil menjadi keluarga yang agak dimusuhi keluarga mamakku, karena mamakku tidak punya anak cowok. Ini yang aku sebel dari mindset pikiran seseorang atau mungkin beberapa orang.
Ini bukan zaman nabi Musa, anak yang lahir dengan jenis kelamin tertentu tidak baik, memangnya salah kami berempat perempuan. Memangnya hanya cowok yang bisa diandalkan sebagai anak pertama, atau memangnya anak cowok atau cewek manusia yang bisa mengaturnya.
Kami sekeluarga bahagia, setelah kepergiaan lama adikku yang memiliki penyakit jantung bawaan, usia tujuh tahun hanya ditempat tidur saja, berbicara agak susah namun cantiknya seperti Luna Maya, di pipinya banyak senyuman manis ada delapan lubang bila tersenyum.
Alhamdulillah Allah memberi rezeki lebih pada saat adik aku sakit, namun memang ternyata hanya dipinjamkan sebentar saja di dunia.
Kakakku terpukul sampai tidak mau pulang dari pemakaman, aku yang setiap pulang sekolah tugasku menyuapinya makanan dan menceritakan beberapa dongeng yang aku karang sendiri terkadang, masih belum mengerti benar. Bagiku apa dengan pergi dan tak sakit lagi adikku akan senang. Bukan capekk, Karena membantu mengurusnya tetapi dulu aku pikir kembali ke Sang Pencipta yang mempunyai kita, bukankah lebih terjamin. Se-wise itu aku.
Berbeda dengan adikku Ucok, yang bahkan dia sakit aku tidak mau sekolah, dia yang dikerjain orang aku yang rela berantem dengan orang lain, dia yang sedihnya menjadi dua kali lipat sedihku. Bahagia yang bisa membuat aku tidur nyenyak.
Ucok yang selalu merasa terintimidasi karena sekolah yang sama dengan kakak-kakaknya, SD dan SMP kita bertiga terkenal di sekolah, Ucok yang selalu dibilang, koq beda sih dengan ketiga kakaknya.
Ucok yang selalu bilang, kenapa Ucok enggak pintar, tapi aku bilang Ucok jago gambar, dari kecil semua kertas dan dinding digambar. Ucok jago nyanyi bahkan cepat kalo disuruh hafalan ngaji. Ucok yang kita semua takut disleksia karena semua huruf dibuku seakan menari, lebih suka gambar dibandingkan belajar menghitung.
Ucok yang dari kecil gak suka main bola, Karena capek ngejarnya, hahhaha, yang dari kecil sudah pakai obat mimisan karena cuaca panas, yang tidak kuat dingin, masih suka minta pakein minyak kayu putih sebelum berangkat sekolah, masakan aku yang tidak pernah enak kecuali cream soup kalau sakit hanya itu yang dimakannya.
Bahkan bilang aku masak telur aja, bilang telur muntah, hahhahah, dan ketika kakakku mau ngasih makanan Frozen food biar Nanti aku yang tinggal masak, katanya lebih baik jangan walaupun tinggal dimasukin ke oven pun masih rasanya gak enak, hahhaha. Tapi nasi goreng Ucok selalu juara.
Aku ingat sekali, Ucok gak pernah lepas dari pandanganku baik di dalam rumah atau luar rumah, karena aku takut dia dijahatin orang. Bagaimana tidak!!!
Pernah ketika kita kakak-kakaknya Ucok pulang kerja, tiba2 ada orangtua sama anaknya, minta ganti rugi kepala anaknya bocor dan katanya di jedukin sama Ucok.
Bukan ngebela adik sendiri, adik aku tidak berani aku yakin, tetapi namanya kita terpojok dan kita beri sesuai yang mereka inginkan, tetapi tidak lama kemaren anaknya kecil yang kepalanya pernah bocor bilang sejujurnya waktu kecil bukan sama Ucok.
Aku tahu adikku, mana berani si Ucok sama orang lain, beraninya sama aku, hahhaha. Waktu teman-teman SMP nya belajat kelompok di rumah, aku lagi tidur-tiduran, aku ingat banget si Ucok ngomong gitu,
"Eh itu kakak gue, kayak kak Ros, galak"
"Masa sih Cok,?"
"Udah gitu kakak gue yang itu mah Oon, orangnya"
Bangun aku bangun rasanya, dan aku cekik satu-satu yang ketawa saat itu, tapi gak jadi....
"Iya soalnya kalau gue apa-apain, kakak gue yang ini gak pernah balas, oon kan"
Ooohhh jadi konsep Oon aku menurut Ucok seperti itu.
Kita selalu ke JakCloth setiap tahun, tidak berdua, bersama teman-teman Ucok, satu Genk sekolah, tetangga rumah, aku pernah dosa banget modalin anak-anak bocah ini buka puasa waktu bulan Ramadhan jam 1 siang. Habisnya aku takut mereka pingsan di JakCloth. Maaf ya Allah.
Jadi dimana ada Ucok disitu ada Aku. Seperti gula Dan semut.
Bahkan adikku boleh nikah, tetapi aku enggak boleh nikah sama Ucok. Hahhahahhaa. Mungkin saat itu dia takut kakak oonnya pergi dari rumah.
Mimpiin Ucok tadi malam terasa nyata, hal yang selalu aku lakukan dan ingin aku lakukan terus. Aku menyelamatkannya dari serangan orang jahat, aku harus berlarian ke lantai 7 dan membangunkannya untuk kabur.
Pertama kali kehilangannya secara tiba-tiba, pamit perginya kemana, pulangnya malah tidak ke rumah, padahal aku disini malah tiba-tiba pergi tanpa ngajak aku...
Aku bertemu dengan Ucok pertama kali setelah dia pergi tiba-tiba dalam mimpi, berhari-hari aku mimpi, mimpi ingin ikut, mimpi jangan sampai dia sendiri, mimpi kita naik bus bareng dan di turun aku ikut turun, tapi dia bertelanjang kaki, aku kasih sepatu kebesaranku, kita makan di warung yang tak pernah kita kenal.
Aku merasa tanganku dipegang, dicium bukan untuk pamit pergi ke sekolah atau pergi main dengan temannya tapi seakan pamit selamanya.
Aku terbangun mencari di sampingku bahkan ke kamar orangtuaku tidak ada.
Aku pernah bengong di atas jembatan busway Pancoran, kalau aku lompat apakah sakit?
Aku pernah hampir gila, yang enggak mau apa-apa lagi di diriku, resign kerja dengan alasan gak mau lagi ngerjain hal-hal yang menyangkut bunga riba, padahal setiap aku menelpon customer, dengar nada deringnya aja tiba-tiba air mata aku jatuh.
Kerja di tempat baru, yang tidak kenal siapa aku dan tahu keadaan aku sebelumnya, membuat aku punya identitas baru. Bukan tempat dimana yang kenal aku, tahu password komputerku tgl lahir Ucok, mau ngasih kado Ucok ultah, mau dengar cerita-cerita lucu Ucok, kerja menjadi satu-satunya jalan ninjaku untuk mencoba bersedih pada waktu yang tepat.
Tidak tahu perasaan abahku, adikku dan kakakku, tentang kehilangan Ucok, tidak berani kita beradu sedih dengan mamak kita, yang kita jaga jantungnya agar tidak kontraksi cepat.
Dan sekarang hanya berharap, Ucok Dateng dalam mimpi, jangan sedih, karena dengan Ucok pulang aja kami udah sedih banget.
Kenapa aku tidak berani keluar dari rumah walaupun ada beberapa kesempatan, aku ingin keluar dari rumah entah itu residensi atau beasiswa, setelah Ucok agak dewasa aku pikir, lulus SMA menjadi patokan aku tidak boleh menganggapnya anak kecil. Tetapi sebelum lulus masih kelas 2 dan mau naik kelas 3, Ucok yang meninggalkan aku.
Sedih banget bagaimana rencana, cita-cita, harapan yang aku susun harus benar-benar aku robek dan aku buang. Sedih caranya yang begitu tiba-tiba tanpa aba-aba, tanpa rencana aku harus tetap melangkah.
Aku tahu Allah tidak ingin aku dihancurkan oleh rencana ku, rencanaNya lah yang pasti akan sangat baik.
Hanya bisa berpegang pada hal yang Allah sudah janjikan, bahagia kamipun akan terasa kurang, bukan tidak bersyukur, sedih kami pun akan sangat dalam, namun kami tidak ingin tunjukan perpisahan adalah bentuk kesedihan. Semoga kesedihan kami disini, perpisahan kami disini adalah kebahagiaan disana dan pertemuan kembali disana. Aamiin