Jumat, 04 Desember 2015

Janji manis atau Janji Suci

Pernikahan

bukan hanya janji kepada mempelai, bukan juga janji kepada kedua orang tua mempelai, bukan janji manis yang disaksikan oleh puluhan saksi yang datang, tetapi janji suci dihadapan Allah.

Masihkah kau berani mempermainkan pernikahan, dalam bentuk godaan nafsu. Entahlah, aku tidak mengerti, bila selingkuh terjadi dalam pernikahan. Masihkah kepercayaan terbangun, masihkah setia bukti pengabdian , mungkin kau tidak menghargainya, karena kau melupakan janji suci dihadapan Allah, saat meminta wanitamu.

Aku tak habis pikir, temanku yang satu ini, sangat kuat hatinya. Aku saja mendengarnya berluluran air mata. Kesetiaannya dikorbankannya, dia mengetahui suaminya selingkuh untuk yang kedua kalinya.
Apa?????? dua kali???? apa dia lebih bodoh dari seekor keledai???
dia manusia yang diberi akal pikiran, dia manusia yang diberi kehendak.
Apa istrinya yang harus disalahkan, atas perbuatannya itu?
Apa istrinya sudah tidak menarik hatinya lagi?

Harusnya kau tahu, perubahan istri adalah karenamu, cantik atau tidaknya istri adalah atas pemberianmu. wahai lelaki, yang harus kau ingat saat wanita menjadi istri dia akan menempatkanmu diatas kepentingannya, dia akan memperhatikan dirinya untuk dirimu, namun saat dia memiliki anak, kepentingannya sudah menjadi tidak penting, dirimu dan anakmu yang terpenting.

Bahkan uang beli bedaknya rela ditukar untuk membeli pampers. Uang beli bajunya rela diganti untuk beli susu. dia bahkan takut ke salon berlama-lama, karena dia takut anaknya tidak menemukannya disaat anaknya menangis. Dan kau masih berani menyalahkan tidak cantiknya istrimu bisa jadi alasan untukmu mencari wanita lain.

Bahkan kau membohonginya bekerja selarut malam, dan dihari libur. seharian dia dirumah, mengurus rumah, mengurus anak, berusaha membuatkan makanan untukmu dan kau lebih memilih untuk melihat wanita cantik yang tidak ada hakmu kepadanya. Namun kau memiliki kewajiban dalam rumahmu, pada istrimu dan anakmu.

Istrimu sangat tahu kau lelah mencari nafkah, namun kau berusaha membuat istrimu bersalah karena kau sudah lelah seharian dan butuh yang segar, apa kabar istrimu yang setiap hari dirumah, berkutat dengan rutinitas yang sama, dan kau tidak pernah mengajaknya keluar, untuk sekedar menikmati angin bersama. bahkan kau melarang istrimu berteman dengan teman-temannya.

Apa kau lupa, sebelum bertemu denganmu, kami sudah saling berkawan. Siapa kau??? Seorang pemegang kunci surga untuknya, pantaskah kau membuatnya menangis.

Namun dia bertahan dia merasa dirinya penuh kekurangan, lalu kau?
Dia bertahan, dengan mengatakan, suaminya hanya manusia biasa?
kau sudah melukai hati seorang bidadari
Dia memaafkan, pernikahan adalah ibadah, namanya ibadah ada ujiannya kalaupun bahagia itu adalah bonus.
Dia membelamu dihadapan kami teman-temannya, Pernikahan adalah kita sendiri yang mengerti, memahami dan menjalani.
Dia terus memaafkan dan menunggu suaminya terus-menerus memperbaiki diri, untuk menjadi imam yang terbaik untuknya dan anaknya.

Kau harus tahu, Air matanya adalah doa untukmu, kesalahanmu adalah pembelajaran yang terus-menerus yang diikhlaskannya. Kekuatannya adalah janji suci yang kau ucapkan dihadapkan Allah sejak kedua orang tuanya memberikan dirinya kepadamu.
Dia mengatakan dengan senyum, engkau adalah kunci surga dari manusia tidak sempurna yang telah dia pilih.



Kamis, 03 Desember 2015

Batas....



Ya Allah…
Apa ini semua?
Aku tidak mengerti, apa karena aku mengikhlaskannya.
Merelakan rasaku perlahan pergi bukan untuknya lagi.
Ya Tuhanku, setelah empat tahun aku menyukai seseorang dan dua tahun aku mulai merakit hati lagi. Aku jatuh cinta lagi.
Terima kasih atas Anugerah-Mu berupa cinta.
Aku pikir aku tidak akan bisa jatuh cinta lagi. Aku pikir aku tidak mampu untuk tersenyum lagi.
Namun Kau mempertemukan aku dengannya.
Entahlah walau aku tidak menyadarinya, bahkan aku juga tidak memperdulikannya.
Namun lama kelamaan aku mulai mengaguminya. Bahkan perasaan itu hadir kembali.
Perasaan enam tahun yang lalu dengan orang yang berbeda.
Namun lagi-lagi tetap sama, aku jatuh cinta sendirian.
Aku tidak berani mengungkap rasa, namun jelas dia terasa, ada didalam relung jiwa
yang meronta. Bukankah dengan begitu hatiku hidup kembali. aku sadar cinta tidak hilang, 
dia bersembunyi dalam ketakutan, dia menyimpan dalam penantian, dan dia hanya akan berpindah. 
dia (Cinta) tidak hilang, tidak pernah benar-benar hilang. seperti matahari yang selalu bersinar dalam perpindahan waktu. 
Aku menyukainya, aku memerlukan tenaga untuk mencintai tanpa harus dicintai.
Bodoh memang, menurut sebagian teman-temanku. Termaksud kodrat wanita yang katanya lebih baik dicintai daripada mencintai. (Aku berdebat keras untuk hal ini)
Malah ada yang bilang, "Elo terlalu berharga untuk menunggu satu orang, yang belum tentu orang yang elo tunggu memiliki rasa yang sama?" 
Memang terdengar aneh bahkan terkadang aku tidak menyukai diriku yang selalu berbeda dengan teman-temanku.  Aku selalu berpikir seseorang yang menunggu akan mendapatkan sepantasnya. Aku tidak menunggu dirinya, lagipula memangnya aku tahu aku akan berjodoh kelak dengannya atau tidak. 
Aku menunggu pemberian Allah dalam hijrahku, dalam perjalananku memperbaiki diri. Aku menunggu ridho Allah, walaupun aku tidak pantas mendapatkan lelaki soleh, tapi setidaknya aku bisa bersanding dengan lelaki, yang sama-sama sedang dan terus memperbaiki diri. 
Aku tahu siapa diriku, dan aku cukup sadar untuk sekedar tahu diri, namun cinta adalah fitrah yang tidak bisa timbulkan begitu saja, kecuali yang Maha mempunyai Hak, bersedia menumbuhkan rasa dihati setiap jiwa. 
 
Katanya lagi yang mencintai, tidak akan pernah menyakiti kita. Terus kita yang dicintai???
Apakah kita mampu menyakiti dengan perasaan yang tidak sama dengannya, berpura-pura bahagia ketika bersamanya, apakah itu tidak akan menyakitinya, dan akan menyiksa kita, kecuali kita akan selalu belajar untuk mencintainya. Dan dia harus tahu, proses belajar, tidak cepat dan perlu waktu, semoga dia akan memahaminya. 
Kita akan egois, ketika kita hanya ingin dicintai. Ingat setiap manusia punya hak yang sama untuk saling mencintai dan dicintai. Seharusnya kita mengerti ketika kita jatuh cinta kepada seseorang, belum tentu orang yang kita cintai mempunyai perasaan yang sama dengan kita. Namun ketika kita menerima orang yang mencintai kita, kita harus benar-benar belajar mencintainya.   
Aku tidak peduli dia mencintaiku atau tidak, aku senang karena aku bisa jatuh cinta lagi. Aku tidak ingin hatiku hampa tanpa rasa untuk seseorang. Aku bukannya takut tidak bisa dicintai orang lain, tetapi yang aku takutkan adalah, dimana aku tidak pernah punya kesempatan untuk memberikan cinta dihatiku. Entahlah untuknya atau biarkan Dia yang akan memindahkannya kepada orang yang tepat. 
 

Batas. Aku sendiri yang membatasi hatiku, aku membatasi seseorang untuk masuk kedalam hatiku. Tidak untuk sekarang. Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri. Aku tidak ingin seorangpun mencoba memasuki hatiku. Aku sudah menyukai seseorang dan aku ingin tetap menyukainya. Tidak peduli rasanya apapun. 
Aku tahu ini hal yang bodoh, tapi biarkanlah, hingga rasa ini berganti dengan jodoh yang sudah dipilihkan-Nya.

Aku berdebat keras tentang ini. Banyak dari mereka yang ingin dicintai daripada mencintai (lebih kebanyakan wanita)? banyak dari mereka yang tidak ingin punya rasa sekecil apapun daripada rasanya tidak terbalas? banyak dari mereka yang lebih baik hampa dan tak ingin jatuh cinta lagi? banyak dari mereka yang lebih baik membenci mantan atau orang-orang dari masa lalu mereka. 
Entahlah mungkin aku tidak sependapat dengan mereka.
Oke, tidak munafik, aku ingin bahagia dengan dicintai namun adakah jaminannya, orang yang mencintai kita akan selalu membahagiakan kita. orang yang kita kagumi, tidak akan membuat kesalahan, ingat manusia selalu berpeluang untuk salah. Tidak! semua butuh proses, hukumnya dalam cinta ada suka dan duka, ada tawa bahagia, tawa haru namun ada tangisan kesedihan. Dan semua butuh penerimaan dan pembelajaran.

Ada beberapa yang mencoba ingin mengenalku, ya, sekedar ingin mengenal, Entahlah aku terlalu membatasi untuk itu. Entahlah untuk seorang Introvet aku lebih peduli diriku sendiri mungkin saja iya. Aku berkenalan dengan seorang cowok, dia seorang cowok dengan status sendiri dan memiliki anak satu, aku sendiri tidak membatasi untuk berteman melalui medsos, namun ketika dia ingin bertemu, rasa takutku mulai bergejolak,  entah apa yang diinginkannya dariku. 

Aku sendiri takut akan harapan seseorang kepadaku, (Maka dari itu aku tidak akan pernah memaksakan perasaan orang lain) entahlah aku selalu membatasi untuk hal-hal seperti ini, dan benar-benar susah jadi jomblo ya, semua teman-teman berusaha menyodorkan seseorang untuk sekedar berkenala, jalan atau menjalin pertemanan lewat medsos

Aku sadar, aku tidak bisa menutup diri terus, aku sadar aku harus lebih peduli pada sekitar, terutama orang-orang yang berusaha ingin peduli padaku, tapi aku enggak bisa Ya Allah, aku tidak ingin, aku hanya ingin semuanya mengalir alami, seperti apa adanya, yang tidak perlu terburu-buru, kasak-kusuk. Kalaupun kita berteman, ya kita berteman saja dulu, kalaupun kita berjodoh, waktu akan mengungkapnya. 
 

Entri yang Diunggulkan

  BENCI Siapa kau? Beraninya membenci manusia yang sama hinanya dengan dirimu Siapa kau yang masih menginjak tanah merasa sedang menjunj...